Senin, 12 Januari 2009

Raker 2 Tahun Yayasan Baitul Maal Totabuan

“Penghimpunan Zakat, Butuh Keteladanan, Bukan Imbauan”

Bulan Nopember 2008 lalu, tepatnya tanggal 18, Yayasan Baitul Maal Totabuan memasuki usia tahun kedua, oleh karena itu Pengurus berinsiatif mengadakan acara rapat kerja dengan tujuan utama, mengevaluasi apa yang sudah dilaksanakan selama 2 tahun terakhir, membuat rencana kerja, dan restrukuturisasi pengurus, dengan harapan agar lembaga dapat bergerak dengan lebih terarah dan maksimal.

Acara tersebut dilaksanakan selama 2 hari, yaitu Hari Minggu 23 Nopember dan Minggu berikutnya 30 Nopember, dengan mengambil tempat Aula Rapat Gedung Aditrina Kemang Jakarta selatan.Dalam acara tersebut, banyak hal yang dibahas, hingga pada hari terakhir pertemuan, ketua siding Muliadi Mokodompit, membagi 4 komisi yang bertugas memberikan masukan dan rekomendasi kepada pengurus. Ke 4 komisi yang dibentuk tersebut adalah :

A. Komisi Organisasi & Rekomendasi, yang diketuai Ir.Ridwan Lasabuda, MSi

B. Komisi Penghimpunan (Ziswaf) Zakat, Infaq, sedekah & Waqaf) yang diketui, Drs.M.Jasmin Damopolii

C. Komisi Prasarana Lembaga, dengan Ketua Ir.Denny Kamsi

D. Komisi Komunikasi & Publikasi, dengan ketua H.Achmad Marendes, MBA

Masing-masing komisi menyampaikan pandangan dan saran sesuai bahasan bidangnya.

Diantara pandangan yang menjadi perhatian khusus antara lain disampaikan oleh ;

A. H.AR.Mokodompit, SE. dalam penyampaianya, beliau banyak menyoroti perlunya pemberdayaan pengurus yang ada di tingkat local, khususnya di Bumi Totabuan, sehingga program dapat berasal dari inisiatif bawa dan pihak Jakarta tinggal mensuport. Selain itu juga beliau menyarankan agar kiranya pengumpulan zakat agar harus terkoordinasi dengan rapi agar semua wajib zakat asal Bumi Totabuan dapat lebih mudah dan mengerti serta tau mengenai penghimpunan dan penyalurannya.

B. H.Marsma Purn.Santos Mokoginta, dalam pandangannya, mantan Ajudan Jendral M.Jusuf ini, mengharapkan kiranya Yayasan Totabuan dapat menjadi pelopor dalam menghimpun gagasan dan pemikiran terbaik untuk konsep pembangunan masyarakat di Bumi Totabuan, beliau bahkan memberikan konsep pemikiran yang tertuang dalam bentuk catatan dan pemikiran yang sangat konstruktif dan inovatif.

C. H.Supardan Modeong, SH,MH, dalam pandangannya, Dosen STPDN Bandung ini, menyoroti pentingnya menjalin hubungan silaturahim yang lebih terkoordinir antar masyarakat Totabuan perantauan, selain itu, dalam penghimpunan zakat, tidak perlu ada Perda Zakat, melainkan cukup dengan peraturan Pemerinta, seperti Gubernur, Bupati atau Walikota. Staff Ahli Mendagri dan Ahli perundang-undangan yang banyak diminta Pemda di Indonesia dalam penyusunan Perda ini, juga menyampaikan bahwa apa yang dilakukan Yayasan Totabuan selama ini tinggal dirapikan saja.

D. Hj.Dasima Kosasih Mokodongan, yang antara lain menyampaikan, bahwa , kitalah yang harus memulai sebelum mengajak masyarakat lainya dalam memajukan Yayasan Totabuan, Suara Totabuan , beliau menjadi orang pertama yang akan mengiklankan usaha beliau yang ada di komplek Wisma Bogani Pondok Gede.

Sedangkan peserta lain umumnya menyampaikan harapan, saran dan masukan yang sangat bergarga untuk perjalanan lembaga kedepan.

Intinya, Semua sepakat bahwa penghimpunan Zakat hanya akan maksimal apabila pengurus sendiri yang akan memulai, dan yang terpenting ketauladan para Tokohnya. “Tidak cukup hanya imbauan, tapi yang dibutuhkan keteladanan”. (AF)


KURBAN DI BUMI TOTABUAN : KEPEDULIAN YANG MAKIN PUDAR

REFLEKSI KURBAN

Tanpa terasa, gema takbir Idul Adha telah berlalu. Saat itu darah dari puluhan bahkan mungkin ratusan ribu hewan kurban di seluruh dunia membasahi Bumi dan saat itu pula Allah SWT telah menganugerahi pahala atas orang – orang yang melaksanakan kurban dengan penuh keikhlasan.

Gegap gempita umat Islam seluruh dunia dalam melaksanakan kurban ini tentunya tidak terlepas dari makna kurban itu sendiri. Kurban secara bahasa bermakna “mendekatkan”, dari kata qorroba, yuqarribu, qurbanun. Secara syar’i ­sebagaimana sunnah Rasulullah SAW, kurban adalah penyembelihan hewan ternak (domba, sapi, atau unta) sebagai salah satu rangkaian perayaan Idul Adha (Hari Raya Haji). Secara teologis, kurban adalah penapakan atas jejak tauhid nabi-nabi lewat kisah “pengurbanan” Ismail oleh Ibrahim; sebuah kisah yang menunjukkan betapa Ibrahim sanggup mempertaruhkan apa saja — termasuk perintah penyembelihan Ismail — demi kepatuhannya kepada Tuhan.

Dengan memahami tiga elemen kurban di atas (bahasa, syar’i, dan teologis), maka setidaknya ada tiga pemahaman penting yang tidak boleh dilepaskan dari ibadah kurban.

Pertama, meskipun secara material mengandung sejumlah manfaat (dagingnya bisa dibagikan dan dikonsumsi fakir miskin), tetapi sesungguhnya penyembelihan hewan kurban lebih bersifat simbolis.

Kedua, sebagai simbol, tentu saja, penyembelihan hewan kurban itu membawa pesan penting (esensi), sebagaimana yang terkandung dalam bahasa dan sejarah teologis yang melandasinya. Esensi yang dimaksud adalah bahwa kurban sebagai salah satu cara ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Tuhan.

Ketiga, agar bisa mendekatkan diri kepada Tuhan, maka segala keegoan (baca: penuhanan hawa nafsu) yang merasuki pribadi manusia harus diruntuhkan, dengan simbolisasinya: pengucuran darah dan penyebaran daging hewan kurban kepada khalayak miskin. Dengan demikian; kurban adalah cara pentauhidan kembali nilai ketuhanan manusia, yang mungkin dalam perjalanan setahun ternodai oleh bentuk-bentuk penuhanan terhadap tuhan-tuhan (palsu).

Hukum Berkurban

Hukum berkurban adalah sunnah muakkadah dengan dalil hadits dari Ummu Salamah yang menyebutkan bahwa Nabi SAW bersabda :

"Jika kalian telah memasuki hari raya, tanggal 10 Dzulhijjah, dan salah seorang dari kalian ingin berkurban, hendaknya ia tidak memotong rambut dan kukunya." (HR. Muslim)

Ungkapan "ingin berkurban" dalam hadits di atas menunjukkan kebijaksanaan dan pengampunan Allah terhadap orang yang belum mampu menunaikan kurban. Namun, yang menjadi pertanyaan, bagaimana hukumnya jika berkurban tidak diniatkan sebeum datangnya Id atau niat itu baru muncul-sebab Allah baru mendatangkan rezeki-pada hari pertama atau kedua Id? Dalam hal ini Anda tidak ada masalah untuk menunaikan kurban. Artinya, hukum kurban menjadi mustahab (lebih disukai).

Sebagian ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa berkurban hukumnya wajib bagi orang yang memiliki nisab zakat. Acuan mereka adalah hadits shahih yang berbunyi :

"Barangsiapa berkelebihan (dalam harta) tetapi tidak menyembelih hewan kurban, janganlah dia mendekati masjidku." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Jumhur ulama menilai bahwa hadits tersebut
mauquf dan tidak sampai kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa syariat berkurban itu hukumnya sunnah ain untuk setiap individu muslim dan sunnah kifayah untuk setiap keluarga muslim.

KURBAN DI BUMI TOTABUAN

Sebagaimana tahun sebelumnya, Idul Adha 1429 H Tahun ini Baitul Maal Totabuan kembali melaksanakan program pengumpulan dan pendistribusian hewan kurban untuk masyarakat di Bumi Totabuan melalui Program , Dengan mengambil tema “Kurban, Wujud Kepedulian dan Kebersamaan,” segenap potensi diupayakan untuk dapat mewujudkan penyaluran kurban pada komunitas masyarakat Bolmong di Sulawesi Utara.

Berdasarkan hasil penghimpunan hewan kurban tahun ini, sebagian besar hewan kurban memang berasal dari pekurban yang bukan berasal dari Bolmong. Mereka adalah orang – orang yang berkurban melalui lembaga – lembaga zakat dan sosial di Jakarta yang kemudian menyalurkannya ke masyarakat Bolmong melalui Yayasan Totabuan.

Adapun total hewan kurban yang diperoleh adalah sebanyak 98 ekor kambing dan 6 ekor sapi dengan total pekurban ada 118 orang. Prosentase pekurban adalah : 40 % dari THK – LPM, 25 % dari THK – DD, 13 % dari ACT, 16 % dari Masy. Bolmong dan 6 % dari Al Azhar (daftar lengkap pekurban terlampir). Berdasarkan perolehan tersebut, miris memang karena ternyata pekurban di Bolmong lebih di dominasi oleh orang – orang yang mungkin baru kali ini mendengar nama Bolmong (hanya 19 orang).

Memang menggugah kepedulian seseorang terhadap masyarakat tidaklah mudah, karena semua itu tergantung pada kesadaran masing – masing individu. Meskipun begitu, kami yakin sebagian besar masyarakat Bolmong yang ada di Jakarta sudah menjalankan kurbannya meski tidak disampaikan kepada yang lebih membutuhkan di kampung halamannya melainkan di tempat masing – masing. Ada yang berkurban di komplek rumahnya, ada yang di kantor, ada juga yang menyampaikannya di tempat lain yang menurutnya lebih membutuhkan.

Pada hari Raya Idul adha, pelaksanaan kurban difokuskan di Kecamatan Dumoga. Hari Tasyrik I karena kesulitan hewan kurban akhirnya melakukan pemesanan 50 ekor kambing di Gorontalo sambil melaksanakan kurban di daerah Minsel dan Bitung yang memang telah mempersiapkan hewan kurbannya di lokasi. Hari tasyrik II pelaksanaan kurban difokuskan ke daerah Bolmong Selatan, khususnya di daerah sekitar Molibagu. Pada hari tasyrik terakhir tim di pecah dua, yang satu menuju Buroko, Bolmong Utara dan satu tim lagi menyelesaikan di Kotamobagu

Memang dalam pelaksanaan kurban tahun ini masih banyak masyarakat yang belum memperoleh hewan kurban, namun karena keterbatasan maka belum bisa terpenuhi. Semoga di tahun mendatang akan lebih baik lagi dan tentunya masyarakat bolmong khususnya yang ada di Jakarta dan sekitarnya dapat lebih tergerak hatinya untuk membantu menyalurkan hewan kurbannya ke saudara kita yang lebih membutuhkan di Bumi totabuan tercinta. (AN)

Rabu, 08 Agustus 2007

WASPADAI CURAH HUJAN TINGGI DI BUMI TOTABUAN

Beberapa pekan terakhir ini, bumi totabuan tidak pernah putus diguyur hujan. Terkadang hujan sangat lebat, terkadang juga tidak terlampau lebat namun berlangsung hampir seharian. Hal ini cukup merepotkan, khususnya bagi mereka yang saat ini harus menjemur cengkeh yang telah di panen, bahkan ibu – ibu rumah tangga pun kerepotan menjemur pakaian, apalagi jika ia memiliki bayi / anak kecil. Disamping itu juga, curah hujan yang tinggi jadi mengkhawatirkan karena mengingat telah terjadi bencana banjir dan longsor di beberapa tempat seperti di kec. Nuangan dan Kotabunan, meski memang skalanya tidak sebesar ketika bencana terjadi pada tahun lalu.

Apa yang terjadi di Bolmong hingga saat ini masih jauh lebih baik ketimbang di beberapa wilayah lainnya. Hujan lebat telah mengakibatkan longsor di dua desa di Kab. Poso Sulteng pada awal bulan Juli lalu. Disusul kemudian terjadinya bencana longsor pada hari Ahad (22/07) malam di beberapa desa di Kec. Bungku Utara, Kab. Morowali Sulteng. Longsor pun terjadi di sejumlah titik jalan trans sulawesi, khususnya yang menghubungkan propinsi Gorontalo dengan Kab. Bolmong Sulawesi Utara. Bencana yang terdekat juga terjadi di Kec. Ratahan Minahasa Tenggara yang telah mengakibatkan 4 orang tewas, puluhan luka – luka dan ribuan orang mengungsi.

Sederetan bencana yang terjadi akhir – akhir ini di daerah Sulawesi, bukan tidak mungkin akan kembali terjadi di bumi Totabuan. Jika kita mengingat kembali banjir dan longsor yang terjadi tahun lalu, tidak hanya debit air di sungai yang meningkat drastis tetapi juga longsor bebatuan besar menimpa beberapa perkebunan serta lumpur yang masuk hingga ke desa – desa seperti di Desa Bakan dan Matali Baru. Belum lagi longsoran tumpukan kayu sisa – sisa penebangan hutan yang menumpuk di tanah dan perkebunan warga.

Ketika tahun lalu tim yang dipimpin oleh Awaluddin membawa bantuan dari Dompet Dhuafa Republika Jakarta bekerjasama dengan Pesantren Darul Istiqamah Manado tiba di Kotamobagu, kondisi daerah pusat kota memang relatif aman. Namun kenyataannya ada sekitar 11 kecamatan yang terkena dampak bencana ini yakni Kecamatan Bolaang, Lolak, Lolayan, Dumoga Utara, Dumoga Timur, Dumoga Barat, Bolaang Uki, Posigadan, Pinolosian Tengah, Pinolosian Timur dan Pinolosian Barat. Jadi, banjir terjadi mulai dari daerah Inobonto hingga ke Desa Deaga di Pinolosian Barat yang berada di dekat muara sungai Tobayagan, berhadapan langsung dengan pantai. Ketika tim tiba memang genangan air sudah mulai surut dan beberapa lokasi sudah bisa ditembus mobil seperti di daerah Dumoga hingga ke Desa Ilomata di Pinolosian. Bantuan logistik berupa bahan makanan dan obat – obatan pun dapat disalurkan ke Desa Ilomata dan Salongo yang sebelumnya tidak bisa dicapai karena jalur darat terputus di Dumoga. Saat itu, jalan ke arah Pinolosian Barat belum tembus, begitu juga ke Bolaang Uki karena jembatan putus di Desa Salongo.

Yang unik dari kejadian bencana tersebut, ternyata dengan curah hujan tinggi itu telah menyebabkan dampak bencana yang berbeda – beda. Naiknya debit air di beberapa sungai besar yang mengakibatkan air sungai tumpah ke jalan dan ratusan hektar perkebunan / sawah, terkikisnya pinggiran sungai hingga belasan meter dan mengakibatkan beberapa rumah ikut hanyut, tanah longsor yang disertai bebatuan besar serta gelondongan kayu – kayu, ditambah lagi ancaman air pasang dari laut. Ketika itu, Gubernur Sulut, S.H. Sarundajang mengakui bahwa bencana ini terjadi bukan hanya karena curah hujan yang tinggi tetapi juga karena adanya penggundulan hutan (www.bolmongnews.com, 25 Juni 2006). Hal ini menunjukkan bahwa menjaga keseimbangan alam di Bolmong, khususnya kelestarian hutan sangatlah penting agar tidak terjadi bencana yang dapat merugikan kita semua. Apabila pembabatan hutan terus terjadi dan tidak ada penghijauan yang dilakukan maka bencana alam bukan mustahil akan terjadi lagi.

Menurut penjelasan dari BMG, di wilayah Utara Indonesia sekarang terbentuk zona pertemuan dua massa udara atau lebih dikenal dengan inter-tropical convergence zone (ITCZ) yang pada akhirnya menimbulkan peluang hujan yang lebat. Daerah – daerah tersebut adalah wilayah bagian Utara Papua, Maluku bagian Utara, Sulawesi bagian Utara dan sedikit bagian tengah, kemudian bagian Kalbar, Bangka dan Belitung. (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0707/21/humaniora/3702404.htm). Hal ini dapat menjelaskan mengapa bencana terjadi berturut – turut di Sulawesi, termasuk curah hujan yang sangat tinggi terjadi di Bolmong akhir – akhir ini. Kenyataan ini membuat kita harus ekstra hati – hati dan tentunya semakin memperhatikan lingkungan kita. Adalah lebih baik jika kita bersusah payah untuk mencegah ketimbang mengambil keuntungan sebesar – besarnya dari alam khususnya hutan, namun pada akhirnya seluruh masyarakat harus menuai akibat kerugian yang besar.(AN)

Kamis, 28 Juni 2007

Silaturahim Bulanan ke – 4 Yayasan Totabuan

Mengingat makin banyaknya koordinasi yang harus dilaksanakan pengurus, maka pada hari Kamis 31 Mei 2007, ba’da Sholat Isya, dengan bertempat dikediaman Ketua Dewan Pembina Hj. Salsia D. Nasution Manoppo, rapat gabungan seluruh pengurus dan Pembina Yayasan Totabuan kembali dilaksanakan. Dalam rapat tersebut dibahas berbagai agenda antara lain: Buletin Totabuan sebagai media komunikasi, Persiapan Pengukuhan pengurus LAZ Totabuan di Kotamobagu dan berbagai hal terkait lainya.

Dalam kesempatan tersebut Hj. Salsia D Nasution Manoppo selaku Ketua Dewan Pembina, meminta agar Buletin Totabuan dapat dkelola secara baik dan profesional agar dapat terbit secara reguler sebagai media komunikasi intern masyarakat Totabuan sekaligus sosialisasi zakat. Beliau bahkan secara langsung menyerahkan dana untuk infaq langganan Buletin Totabuan selama 1 tahun. Selain itu selaku ketua Dewan Pembina beliau menyatakan akan hadir secara langsung dalam pengukuhan pengurus LAZ Totabuan di Kotamobagu. Sementara itu Dewan Pembina lainnya, Ir.H.Yahya Janggola, juga mengingatkan pentingnya koordinasi dan sosialisasi zakat di tengah masyarakat Totabuan. Beliau juga menyatakan akan hadir dalam pengukuhan pengurus LAZ Totabuan di Kotamobagu.

Pada kesempatan tersebut, ketua Pengajian Totabuan Matali Jakarta, Hj. Dien Yambo, menyarankan agar semua kelompok pengajian/arisan masyarakat Totabuan di Jakarta dan sekitarnya agar dapat bersinergi dengan LAZ Totabuan dalam pengumpulan dan sosialisasi zakat, begitu juga mengenai Infaq Buletin Totabuan. “Saya akan mulai dari Pengajian Matali, dimana selain Infaq Bulanan juga harus dikumpul Infaq Buletin,” ujar Ibu Dien tegas.
Sementara itu diakhir rapat koordinasi, Anggota Dewan Pembina Yayasan Totabuan, Drs.H. Djelantik Mokodompit beserta dua Putra Totabuan yang sedang menyelesaikan program Doktor, Jaya Mokoginta dan Ridwan Lasabuda juga ikut hadir dan menyampaikan berbagai pikiran mengenai Bumi Totabuan kedepan. Drs.H.Djelantik Mokodompit, menyampaikan antara lain bahwa secara pribadi & lembaga akan membantu semua program Yayasan Totabuan, termasuk kegiatan pengukuhan di Kotamobagu akhir Juni 2007. Beliau juga meminta agar masyarakat Totabuan dimanapun berada agar dapat menyatukan langkah dan visi untuk pembangunan Bolmong kedepan, apalagi saat itu sudah masuk dalam usulan legislasi pembentukan dua wilayah baru yaitu Bolmong Timur dan Bolmong Selatan. Diakhir penyampaiannya, tokoh Totabuan yang kharismatik dan low profile ini, juga menyampaikan sekali lagi bahwa semua persoalan menyangkut politik di bumi Totabuan akibat imbas Pilkada tahun lalu, sudah selesai. ”Saya tetap anggota DPR RI, dan Mama Didi adalah Bupati Bolmong yang sah, sehingga tidak ada lagi dikotomi antar kepentingan. Mari rapatkan barisan menyongsong Bolmong baru yang mandiri dan bermartabat,” ujar Papa Raski. Sedangkan Jaya Mokoginta dan Ridwan Lasabuda juga menyampaikan pandangan agar Bolmong kedepan perlu penataan dan perencanaan yang terpadu, terukur dan terencana. Sesuai rapat Papa Raski, terlibat dialog yang sangat akrab dan menyatu dengan komponen generasi muda Bolmong Jakarta.

Silaturahim Bulanan Ke-3 Yayasan Totabuan

Hari Jumat 11 Mei 2007, bertempat di kediaman Anggota Dewan Pembina Yayasan Totabuan H. Achmad Marendes, MBA., diadakan rapat gabungan bulanan yang ke-3 kalinya. Dalam pertemuan tersebut diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan sebelum membicarakan agenda intern Yayasan Totabuan. Diawali dengan sholat Magrib berjamaah, yang langsung dipimpin Muliadi Mokodompit, kemudian dilanjutkan ceramah Hikmah Rukun Islam yang disampaikan oleh Ustad Drs. M. Yamin Damopolii.

Dalam ceramahnya Ustad Yamin menjelaskan bahwa 5 Rukun Islam dapat digambarkan ibarat membangun rumah; (1) syahadat diibaratkan sebagai Fondasi Rumah, dimana sangat penting dan menjadi dasar dalam kehidupan seorang muslim. (2) Shalat diibaratkan sebagai tiang rumah, yang jika tidak kuat maka rumah pasti akan runtuh. (3) Puasa diibaratkan sebagai dinding rumah yang berfungsi melindungi (4) Zakat diibaratkan fentilasi, jendela & pintu, yang sangat penting dalam sebuah bangunan, dimana jika ketiga hal itu tidak ada maka tidak sempurna sebuah rumah (5) Haji diibaratkan sebagai atap dalam sebuah rumah, dimana bagi yang mempunyai kemampuan hukumnya adalah wajib.

Ketika waktu sholat Isya tiba, semua yang hadir langsung melaksanakan sholat secara berjama'ah yang dipimpin langsung Ir. Ridwan Lasabuda, M.Sc., kemudian dilanjutkan makan malam. Menu yang disiapkan tuan rumah sangat istimewa, dimana Bubur manado (Tinutuan) selalu tersaji. Sehabis makan malam jama’ah kembali mendapatkan siraman rohani yang kali ini dibawakan Ustad H. Insan L.S. Mokoginta. Dalam ceramahnya yang menggunakan proyektor, Ustad yang Mualaf ini secara jelas dan gamblang menjelaskan permasaalahan kristenisasi yang gencar dipropagandakan secara sepihak dan cenderung menipu oleh kaum Nasrani ditanah air. Seperti penistaan Al Qur,an, rekayasa keajaiban pengobatan dengan tangan Tuhan, Orang yang pura-pura mengaku Muslim dan berbagai rekayasa jahat lainnya.

Diakhir pertemuan, dilangsungkan acara rapat/silaturahmi. Dalam silaturahmi tersebut ada beberapa hal yang dibicarakan bersama untuk kemajuan dan silaturahim masyarakat Totabuan baik di Jakarta maupun di daerah. Hj. Dasima Mokodongan, menekankan pentingnya silaturahmi terutama agar masyarakat Totabuan bisa saling tumbuh kepedulian terhadap saudaranya yang mengalami musibah seperti sakit atau meninggal dunia. Sementara Nani A .Mokodongan mengharapkan agar kedepan majelis taklim masyarakat Totabuan di Jakarta dapat lebih tingkatkan dan kalau bisa dapat disatukan dalam moment tertentu. Pada kesempatan lain Ir. Jaya F. Mokoginta, M.Si., putra Totabuan yang kini tengah menyelesaikan program Doktor Ilmu Politik di Universitas Indonesia, menyampaikan pentingnya masyarakat Totabuan menyatukan setiap ide dan kekuatan dalam menggolkan setiap program atau isu bersama untuk kepentingan masyarakat Totabuan dimanapun berada.

Pelatihan Manajemen Zakat bagi Pengurus LAZ Totabuan Pusat.

Setelah kegiatan dan program kerja LAZ Totabuan mulai berjalan, pengurus menyadari sepenuhnya akan amanah dan tanggung jawabnya sebagai pengurus (amil), oleh karena itu, disepakati akan diadakan kegiatan pelatihan mengenai manajemen Lembaga Amil Zakat untuk pengurus harian. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari selasa 14 Mei 2007 bertempat di Gedung Aditrina Kemang Jakarta Selatan. Gedung ini adalah kantor milik pengusaha asal Totabuan H. Achmad marendes, MBA.


Kegiatan pelatihan Manajemen Zakat ini menghadirkan 2 orang narasumber, yaitu KH. Ahmad Shonhaji, S.Ag, dari Baznas Dompet Dhuafa Republika dan Drs. Iqbal Setyarso, Manager Produksi PT.Khairul Bayaan yang juga merupakan seorang Motivator Sosial yang telah banyak terlibat dalam kegiatan sosial dan penulisan buku kemanusiaan. Materi yang dibawakan kedua pemateri adalah mengenai konsep lembaga amil zakat secara umum, yang diharapkan dapat menjadi modal dasar bagi pengurus LAZ Totabuan dalam melaksanakan tugas dan amanah sebagai amil.


Pengurus yang ikut dalam pelatihan ini adalah; Direktur Muliadi Mokodompit, SE., Manager Fundraising Hardi Ginoga, Manager Pendayagunaan Drs. Andi Ladu Manoppo, MPd., Manager keuangan Hj.Tazy Adipraty Damopolii, SH., Kepala Divisi Ziswaf Drs. M. Yamin Damopolii, Kepala Divisi Humas & Data M. Noor Awaludin Asjhar, S.Sos., Dewan Pembina H. Achmad Marendes, MBA., dan Wahyudi Mokodompit. Kegiatan ini diisi materi dan tanya jawab seputar pengelolaan lembaga amil zakat secara umum. Pada kesempatan tersebut dilakukan juga pemberian bantuan beasiswa kepada 2 putra Totabuan, yaitu : Erwin Paransi dan Kifli Arisandi Damopolii. Pelatihan Zakat seperti ini kedepan akan dilaksanakan secara bertahap untuk semua pengurus LAZ Totabuan di seluruh Indonesia.

Malas Melakukan Silaturahim, Cermin Pribadi Sombong dan Egois

Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan agama adalah silaturahim, karena dengan silaturahim menurut Rasululah ada 3 manfaat yang kita dapatkan, yaitu: memperpanjang umur, memperbanyak rejeki dan mempererat hubungan kekeluargaan. Disamping itu memutus hubungan silaturahim sama dengan memutuskan rahmat Allah SWT dimana Neraka sebagai ganjarannya, sedangkan malas melakukan silaturahim adalah cermin pribadi yang sombong dan egois. Rasululah bersabda ”barang siapa yang menghadiri sebuah majelis dan mengkuitinya dengan seksama maka itu lebih baik dari sholat sunat 1000 rakaat”.

Bagi masyarakat yang tinggal di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya tuntutan dan gaya hidup kadang membuat orang malas bersilaturahim, mengikuti arisan apalagi pengajian/majelis taklim dengan berbagai argumentasi, seperti capek setelah bekerja semingguan, nggak enak badan, keluarga sakit, tidak punya uang dan berbagai alasan lainya. Sebenarnya jika setiap orang sadar bahwa hidup didunia itu hanyalah sebentar dan membuang sikap dan perasaan egois/sombong, maka untuk silaturahim pasti tidak akan menemukan alasan apapun, kecuali memang benar-benar punya alasan kuat.

Jika kita bekerja sebagai karyawan, maka hari libur bukan berarti tiduran atau berdiam diri di rumah, yang dimaksud libur disini adalah libur dari aktivitas kantor, begitu juga budaya malas lainya kadang menghinggapi kita, seperti sengaja bangun siang, malas-malasan, menonton TV atau bahkan sengaja menonton ke Boiskop atau arena hiburan lainya. Aktivitas tersebut diatas tidaklah salah, malah dianjurkan untuk refreshing atau untuk membina hubungan akrab antara sesama anggota keluarga. Namun jika ada undangan silaturahmi, arisan rutin atau kegiatan majelis taklim yang tetap, maka adalah keharusan untuk menghadirinya dan harus dapat mengalahkan egoisme dan kepentingan pribadi, bahkan juga acara seperti ini dapat memperakrab hubungan sesama anggota keluarga dengan datang secara bersama disamping mendapat berkah dan pahala dari Allah SWT.

Ternyata budaya malas bersilaturahim juga menghidapi sebagian masyarakat Totabuan di Kota besar, hal ini terlihat dari masih kurangnya respons dalam menghadiri berbagai pertemuan, arisan,atau majelis taklim dengan berbagai alasan yang umumnya menyangkut urusan pribadi seperti dimaksudkan diatas. Jika alasan karena capek atau sibuk, maka mungkin orang seperti H.Yahya Janggola, H.Rudhy Mokobombang, H. Achmad Marendes, H.Insan Mokoginta adalah orang yang pertama kali yang mengambil alasan diatas untuk tak dapat hadir dalam setiap pertemuan karena kesibukan mereka. Jika alasan karena ada keluarga yang sakit, mungkin kita juga tak pernah melihat Hj. Dasima Mokodongan hadir dalam berbagai pertemuan karena suaminya saat ini terkena stroke di Rumah. Jika kerena alasan keterbatasan ekonomi, maka juga tak masuk akal, karena uang kita yang mengatur dan bukan kita diatur oleh uang.

Oleh karena itu, untuk dapat mengalahkan sikap egoisme/sombong dengan malas bersilaturahim adalah dengan banyak membaca atau memahami makna silaturahim. Selain itu kita harus menanamkan nilai silaturahim kepada putra-putri kita dengan membiasakan mengajak mereka menghadiri berbagai forum seperti majelis taklim, arisan atau forum bersama lainya, sehingga nantinya mereka tumbuh menjadi mujahid yang mencintai silaturahim, yang muaranya untuk perbaikan akhlak umat. (JG)

TONGGINA

Dalam kehidupan sehari – hari kita selalu berusaha mengarah ke hal – hal yang baik sebagai semangat serta gairah hidup. Berikut ini ada beberapa tonggina yang perlu kita camkan :

Pertama :
”Hormatilah dan selalu takzim pada orang tuamu. Hiburlah merekan dengan kemuliaan akhlakmu dan janganlah berkata keras atau ucapan yang menyinggung perasaannya. Sesungguhnya kemuliaan seorang muslim itu terletak pada cara dirinya menghormati orang tuanya, serta pribadi yang membawa keteduhan, rendah hati penampilannya dan lemah lembut tutur katanya.”

Kedua :
”Latihlah dirimu untuk sholat tepat pada waktunya. Biasakan dan berusahalah untuk selalu mengajak teman melakukan sholat berjamaah serta upayakan dengan segala kemauan yang kuat agar dapat bangun di tengah malam untuk shalat tahajud. Pada saat itu, luluhkan dirimu dalam samudera zikir dan perbanyaklah berdoa.”

Ketiga :
”Selalu siap untuk untuk memberi pertolongan atas dasar al birri wat – taqwa, dan jangan menunggu agar orang lain meminta jasamu. Ulurkanlah tanganmu bagi mereka yang sangat membutuhkan pertolongan.”

Keempat :
”Jagalah lidahmu, jangan berdusta. Janganlah terlena karena terlalu banyak canda dan tawa, hadapilah hidup ini dengan penuh keseriusan.”

Kelima :
”Bekerjalah dengan selalu berusaha agar ada hal baik yang selalu engkau kerjakan. Janganlah dibiarkan satu hari berlalu tanpa adanya amalan. Sesungguhnya harga final seseorang itu terletak pada dua hal, yaitu : Iman sebagai asset ilahiyyah, serta amal sebagai realisasi cintamu kepada-Nya. Oleh karena itu bekerjalah ! Bekerja itu adalah ibadah dan berprestasi itu sesungguhnya sangatlah indah.”

Keenam :
”Hiduplah dengan hemat. Jauhilah segala perbuatan mubazir. Biasakanlah dirimu untuk menabung karena sifat yang hemat terhadap harta yang dimiliki menunjukkan seseorang yang waspada untuk senantiasa mempersiapkan diri agar hari esok menjadi lebih baik. Akan tetapi yang perlu diingat adalah hemat bukan berarti kikir melainkan tidak berlebihan atas segala hal.”

Ketujuh :
”Sediakan dan rencanakan selalu untuk menyambung tali silaturrahim dengan teman, kerabat dan saudara seiman. Jadikan dirimu sebagai orang yang senantiasa gelisah apabila lama tak berkunjung kerumah sahabatmu. Janganlah engkau sekali – kali memutuskan tali silaturrahim karena Rasulullah SAW melarang kita untuk saling tidak bertegur sapa lebih dari tiga hari. Sabdanya pula : Siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi oleh Allah. Silaturrahim pada dasarnya merupakan wujud rasa sayang menyayangi antar sesama muslim yang dapat menciptakan kedamaian dengan adanya tali cinta yang kuat dalam kehidupan.”

Kedelapan :
”Janganlah sekali – kali menyebarkan cela dan kelemahan saudaramu sesama muslim. Justru menjadi kewajiban kita untuk menutupi kekurangan / aib yang dimiliki seorang muslim dihadapan orang lain. Ingatkanlah ia apabila melakukan kesalahan sehingga dapat kembali ke jalan yang benar dan maafkanlah ia jika ia berbuat salah padamu. Sesungguhnya setiap muslim adalah bersaudara dan laksana satu badan. Jika ada salah satu anggota badan yang sakit maka seluruh badan akan merasakannya.”

Kesembilan :
”Biasakanlah dirimu untuk senantiasa membaca dan menghayati ayat – ayat Al Qur’an walaupun hanya satu ayat setiap harinya. Sesungguhnya Allah lebih menyukai amalan yang meski hanya sedikit namun dilakukan dengan rutin dan bersungguh – sungguh, ketimbang melakukan amal ibadah yang banyak namun jarang. Bertekadlah untuk selalu dapat mempraktekkan apa yang diperintahkan Allah padamu melalui Al Qur’an, secara konsekuen dan bersungguh - sungguh.”

Kesepuluh :
Berusahalah untuk selalu menjadi juru dakwah, menebarkan benih – benih tauhid dan berusahalah agar dirimu menjadi contoh tauladan orang – orang yang ada disekitarmu. Sampaikanlah walau hanya satu ayat dan katakanlah yang benar meskipun terasa pahit. Selain itu, gemarlah membaca karena setiap sudut kehidupan adalah penuh dengan ilmu dan hikmah yang tak berbilang banyaknya.

Oleh sebab itu, sangatlah bijak kiranya apabila hari ini kita menyimak sebuah peringatan dari kekasih kita, Rasulullah Muhammad SAW agar kita jangan sampai menjadi :
> Orang yang menambah – nambahkan Al Qur’an;
> Orang yang mendustakan takdir;
> Orang yang menghambakan diri kepada yang dzalim;
> Orang yang memuliakan siapa yang dihinakan oleh Allah SWT dan menghinakan siapa yang dimuliakan oleh Allah SWT;
> Orang yang menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT;
> Orang yang meninggalkan sunnah nabi.
Jadi, perbanyaklah taubat sebelum datang wafatmu, sholatlah tepat pada waktunya sebelum engkau disholatkan.

GALERI FOTO

GALERI FOTO
Pemberian bantuan dana pendidikan kepada Ananda Rahmat Yusup di Kel. Mogolaing, untuk meneruskan pendidikan ke Pondok Pesantren Hubulo di Gorontalo