Senin, 12 Januari 2009

KURBAN DI BUMI TOTABUAN : KEPEDULIAN YANG MAKIN PUDAR

REFLEKSI KURBAN

Tanpa terasa, gema takbir Idul Adha telah berlalu. Saat itu darah dari puluhan bahkan mungkin ratusan ribu hewan kurban di seluruh dunia membasahi Bumi dan saat itu pula Allah SWT telah menganugerahi pahala atas orang – orang yang melaksanakan kurban dengan penuh keikhlasan.

Gegap gempita umat Islam seluruh dunia dalam melaksanakan kurban ini tentunya tidak terlepas dari makna kurban itu sendiri. Kurban secara bahasa bermakna “mendekatkan”, dari kata qorroba, yuqarribu, qurbanun. Secara syar’i ­sebagaimana sunnah Rasulullah SAW, kurban adalah penyembelihan hewan ternak (domba, sapi, atau unta) sebagai salah satu rangkaian perayaan Idul Adha (Hari Raya Haji). Secara teologis, kurban adalah penapakan atas jejak tauhid nabi-nabi lewat kisah “pengurbanan” Ismail oleh Ibrahim; sebuah kisah yang menunjukkan betapa Ibrahim sanggup mempertaruhkan apa saja — termasuk perintah penyembelihan Ismail — demi kepatuhannya kepada Tuhan.

Dengan memahami tiga elemen kurban di atas (bahasa, syar’i, dan teologis), maka setidaknya ada tiga pemahaman penting yang tidak boleh dilepaskan dari ibadah kurban.

Pertama, meskipun secara material mengandung sejumlah manfaat (dagingnya bisa dibagikan dan dikonsumsi fakir miskin), tetapi sesungguhnya penyembelihan hewan kurban lebih bersifat simbolis.

Kedua, sebagai simbol, tentu saja, penyembelihan hewan kurban itu membawa pesan penting (esensi), sebagaimana yang terkandung dalam bahasa dan sejarah teologis yang melandasinya. Esensi yang dimaksud adalah bahwa kurban sebagai salah satu cara ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Tuhan.

Ketiga, agar bisa mendekatkan diri kepada Tuhan, maka segala keegoan (baca: penuhanan hawa nafsu) yang merasuki pribadi manusia harus diruntuhkan, dengan simbolisasinya: pengucuran darah dan penyebaran daging hewan kurban kepada khalayak miskin. Dengan demikian; kurban adalah cara pentauhidan kembali nilai ketuhanan manusia, yang mungkin dalam perjalanan setahun ternodai oleh bentuk-bentuk penuhanan terhadap tuhan-tuhan (palsu).

Hukum Berkurban

Hukum berkurban adalah sunnah muakkadah dengan dalil hadits dari Ummu Salamah yang menyebutkan bahwa Nabi SAW bersabda :

"Jika kalian telah memasuki hari raya, tanggal 10 Dzulhijjah, dan salah seorang dari kalian ingin berkurban, hendaknya ia tidak memotong rambut dan kukunya." (HR. Muslim)

Ungkapan "ingin berkurban" dalam hadits di atas menunjukkan kebijaksanaan dan pengampunan Allah terhadap orang yang belum mampu menunaikan kurban. Namun, yang menjadi pertanyaan, bagaimana hukumnya jika berkurban tidak diniatkan sebeum datangnya Id atau niat itu baru muncul-sebab Allah baru mendatangkan rezeki-pada hari pertama atau kedua Id? Dalam hal ini Anda tidak ada masalah untuk menunaikan kurban. Artinya, hukum kurban menjadi mustahab (lebih disukai).

Sebagian ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa berkurban hukumnya wajib bagi orang yang memiliki nisab zakat. Acuan mereka adalah hadits shahih yang berbunyi :

"Barangsiapa berkelebihan (dalam harta) tetapi tidak menyembelih hewan kurban, janganlah dia mendekati masjidku." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Jumhur ulama menilai bahwa hadits tersebut
mauquf dan tidak sampai kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa syariat berkurban itu hukumnya sunnah ain untuk setiap individu muslim dan sunnah kifayah untuk setiap keluarga muslim.

KURBAN DI BUMI TOTABUAN

Sebagaimana tahun sebelumnya, Idul Adha 1429 H Tahun ini Baitul Maal Totabuan kembali melaksanakan program pengumpulan dan pendistribusian hewan kurban untuk masyarakat di Bumi Totabuan melalui Program , Dengan mengambil tema “Kurban, Wujud Kepedulian dan Kebersamaan,” segenap potensi diupayakan untuk dapat mewujudkan penyaluran kurban pada komunitas masyarakat Bolmong di Sulawesi Utara.

Berdasarkan hasil penghimpunan hewan kurban tahun ini, sebagian besar hewan kurban memang berasal dari pekurban yang bukan berasal dari Bolmong. Mereka adalah orang – orang yang berkurban melalui lembaga – lembaga zakat dan sosial di Jakarta yang kemudian menyalurkannya ke masyarakat Bolmong melalui Yayasan Totabuan.

Adapun total hewan kurban yang diperoleh adalah sebanyak 98 ekor kambing dan 6 ekor sapi dengan total pekurban ada 118 orang. Prosentase pekurban adalah : 40 % dari THK – LPM, 25 % dari THK – DD, 13 % dari ACT, 16 % dari Masy. Bolmong dan 6 % dari Al Azhar (daftar lengkap pekurban terlampir). Berdasarkan perolehan tersebut, miris memang karena ternyata pekurban di Bolmong lebih di dominasi oleh orang – orang yang mungkin baru kali ini mendengar nama Bolmong (hanya 19 orang).

Memang menggugah kepedulian seseorang terhadap masyarakat tidaklah mudah, karena semua itu tergantung pada kesadaran masing – masing individu. Meskipun begitu, kami yakin sebagian besar masyarakat Bolmong yang ada di Jakarta sudah menjalankan kurbannya meski tidak disampaikan kepada yang lebih membutuhkan di kampung halamannya melainkan di tempat masing – masing. Ada yang berkurban di komplek rumahnya, ada yang di kantor, ada juga yang menyampaikannya di tempat lain yang menurutnya lebih membutuhkan.

Pada hari Raya Idul adha, pelaksanaan kurban difokuskan di Kecamatan Dumoga. Hari Tasyrik I karena kesulitan hewan kurban akhirnya melakukan pemesanan 50 ekor kambing di Gorontalo sambil melaksanakan kurban di daerah Minsel dan Bitung yang memang telah mempersiapkan hewan kurbannya di lokasi. Hari tasyrik II pelaksanaan kurban difokuskan ke daerah Bolmong Selatan, khususnya di daerah sekitar Molibagu. Pada hari tasyrik terakhir tim di pecah dua, yang satu menuju Buroko, Bolmong Utara dan satu tim lagi menyelesaikan di Kotamobagu

Memang dalam pelaksanaan kurban tahun ini masih banyak masyarakat yang belum memperoleh hewan kurban, namun karena keterbatasan maka belum bisa terpenuhi. Semoga di tahun mendatang akan lebih baik lagi dan tentunya masyarakat bolmong khususnya yang ada di Jakarta dan sekitarnya dapat lebih tergerak hatinya untuk membantu menyalurkan hewan kurbannya ke saudara kita yang lebih membutuhkan di Bumi totabuan tercinta. (AN)

Tidak ada komentar:

TONGGINA

Dalam kehidupan sehari – hari kita selalu berusaha mengarah ke hal – hal yang baik sebagai semangat serta gairah hidup. Berikut ini ada beberapa tonggina yang perlu kita camkan :

Pertama :
”Hormatilah dan selalu takzim pada orang tuamu. Hiburlah merekan dengan kemuliaan akhlakmu dan janganlah berkata keras atau ucapan yang menyinggung perasaannya. Sesungguhnya kemuliaan seorang muslim itu terletak pada cara dirinya menghormati orang tuanya, serta pribadi yang membawa keteduhan, rendah hati penampilannya dan lemah lembut tutur katanya.”

Kedua :
”Latihlah dirimu untuk sholat tepat pada waktunya. Biasakan dan berusahalah untuk selalu mengajak teman melakukan sholat berjamaah serta upayakan dengan segala kemauan yang kuat agar dapat bangun di tengah malam untuk shalat tahajud. Pada saat itu, luluhkan dirimu dalam samudera zikir dan perbanyaklah berdoa.”

Ketiga :
”Selalu siap untuk untuk memberi pertolongan atas dasar al birri wat – taqwa, dan jangan menunggu agar orang lain meminta jasamu. Ulurkanlah tanganmu bagi mereka yang sangat membutuhkan pertolongan.”

Keempat :
”Jagalah lidahmu, jangan berdusta. Janganlah terlena karena terlalu banyak canda dan tawa, hadapilah hidup ini dengan penuh keseriusan.”

Kelima :
”Bekerjalah dengan selalu berusaha agar ada hal baik yang selalu engkau kerjakan. Janganlah dibiarkan satu hari berlalu tanpa adanya amalan. Sesungguhnya harga final seseorang itu terletak pada dua hal, yaitu : Iman sebagai asset ilahiyyah, serta amal sebagai realisasi cintamu kepada-Nya. Oleh karena itu bekerjalah ! Bekerja itu adalah ibadah dan berprestasi itu sesungguhnya sangatlah indah.”

Keenam :
”Hiduplah dengan hemat. Jauhilah segala perbuatan mubazir. Biasakanlah dirimu untuk menabung karena sifat yang hemat terhadap harta yang dimiliki menunjukkan seseorang yang waspada untuk senantiasa mempersiapkan diri agar hari esok menjadi lebih baik. Akan tetapi yang perlu diingat adalah hemat bukan berarti kikir melainkan tidak berlebihan atas segala hal.”

Ketujuh :
”Sediakan dan rencanakan selalu untuk menyambung tali silaturrahim dengan teman, kerabat dan saudara seiman. Jadikan dirimu sebagai orang yang senantiasa gelisah apabila lama tak berkunjung kerumah sahabatmu. Janganlah engkau sekali – kali memutuskan tali silaturrahim karena Rasulullah SAW melarang kita untuk saling tidak bertegur sapa lebih dari tiga hari. Sabdanya pula : Siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi oleh Allah. Silaturrahim pada dasarnya merupakan wujud rasa sayang menyayangi antar sesama muslim yang dapat menciptakan kedamaian dengan adanya tali cinta yang kuat dalam kehidupan.”

Kedelapan :
”Janganlah sekali – kali menyebarkan cela dan kelemahan saudaramu sesama muslim. Justru menjadi kewajiban kita untuk menutupi kekurangan / aib yang dimiliki seorang muslim dihadapan orang lain. Ingatkanlah ia apabila melakukan kesalahan sehingga dapat kembali ke jalan yang benar dan maafkanlah ia jika ia berbuat salah padamu. Sesungguhnya setiap muslim adalah bersaudara dan laksana satu badan. Jika ada salah satu anggota badan yang sakit maka seluruh badan akan merasakannya.”

Kesembilan :
”Biasakanlah dirimu untuk senantiasa membaca dan menghayati ayat – ayat Al Qur’an walaupun hanya satu ayat setiap harinya. Sesungguhnya Allah lebih menyukai amalan yang meski hanya sedikit namun dilakukan dengan rutin dan bersungguh – sungguh, ketimbang melakukan amal ibadah yang banyak namun jarang. Bertekadlah untuk selalu dapat mempraktekkan apa yang diperintahkan Allah padamu melalui Al Qur’an, secara konsekuen dan bersungguh - sungguh.”

Kesepuluh :
Berusahalah untuk selalu menjadi juru dakwah, menebarkan benih – benih tauhid dan berusahalah agar dirimu menjadi contoh tauladan orang – orang yang ada disekitarmu. Sampaikanlah walau hanya satu ayat dan katakanlah yang benar meskipun terasa pahit. Selain itu, gemarlah membaca karena setiap sudut kehidupan adalah penuh dengan ilmu dan hikmah yang tak berbilang banyaknya.

Oleh sebab itu, sangatlah bijak kiranya apabila hari ini kita menyimak sebuah peringatan dari kekasih kita, Rasulullah Muhammad SAW agar kita jangan sampai menjadi :
> Orang yang menambah – nambahkan Al Qur’an;
> Orang yang mendustakan takdir;
> Orang yang menghambakan diri kepada yang dzalim;
> Orang yang memuliakan siapa yang dihinakan oleh Allah SWT dan menghinakan siapa yang dimuliakan oleh Allah SWT;
> Orang yang menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT;
> Orang yang meninggalkan sunnah nabi.
Jadi, perbanyaklah taubat sebelum datang wafatmu, sholatlah tepat pada waktunya sebelum engkau disholatkan.

GALERI FOTO

GALERI FOTO
Pemberian bantuan dana pendidikan kepada Ananda Rahmat Yusup di Kel. Mogolaing, untuk meneruskan pendidikan ke Pondok Pesantren Hubulo di Gorontalo