Kamis, 28 Juni 2007

Malas Melakukan Silaturahim, Cermin Pribadi Sombong dan Egois

Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan agama adalah silaturahim, karena dengan silaturahim menurut Rasululah ada 3 manfaat yang kita dapatkan, yaitu: memperpanjang umur, memperbanyak rejeki dan mempererat hubungan kekeluargaan. Disamping itu memutus hubungan silaturahim sama dengan memutuskan rahmat Allah SWT dimana Neraka sebagai ganjarannya, sedangkan malas melakukan silaturahim adalah cermin pribadi yang sombong dan egois. Rasululah bersabda ”barang siapa yang menghadiri sebuah majelis dan mengkuitinya dengan seksama maka itu lebih baik dari sholat sunat 1000 rakaat”.

Bagi masyarakat yang tinggal di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya tuntutan dan gaya hidup kadang membuat orang malas bersilaturahim, mengikuti arisan apalagi pengajian/majelis taklim dengan berbagai argumentasi, seperti capek setelah bekerja semingguan, nggak enak badan, keluarga sakit, tidak punya uang dan berbagai alasan lainya. Sebenarnya jika setiap orang sadar bahwa hidup didunia itu hanyalah sebentar dan membuang sikap dan perasaan egois/sombong, maka untuk silaturahim pasti tidak akan menemukan alasan apapun, kecuali memang benar-benar punya alasan kuat.

Jika kita bekerja sebagai karyawan, maka hari libur bukan berarti tiduran atau berdiam diri di rumah, yang dimaksud libur disini adalah libur dari aktivitas kantor, begitu juga budaya malas lainya kadang menghinggapi kita, seperti sengaja bangun siang, malas-malasan, menonton TV atau bahkan sengaja menonton ke Boiskop atau arena hiburan lainya. Aktivitas tersebut diatas tidaklah salah, malah dianjurkan untuk refreshing atau untuk membina hubungan akrab antara sesama anggota keluarga. Namun jika ada undangan silaturahmi, arisan rutin atau kegiatan majelis taklim yang tetap, maka adalah keharusan untuk menghadirinya dan harus dapat mengalahkan egoisme dan kepentingan pribadi, bahkan juga acara seperti ini dapat memperakrab hubungan sesama anggota keluarga dengan datang secara bersama disamping mendapat berkah dan pahala dari Allah SWT.

Ternyata budaya malas bersilaturahim juga menghidapi sebagian masyarakat Totabuan di Kota besar, hal ini terlihat dari masih kurangnya respons dalam menghadiri berbagai pertemuan, arisan,atau majelis taklim dengan berbagai alasan yang umumnya menyangkut urusan pribadi seperti dimaksudkan diatas. Jika alasan karena capek atau sibuk, maka mungkin orang seperti H.Yahya Janggola, H.Rudhy Mokobombang, H. Achmad Marendes, H.Insan Mokoginta adalah orang yang pertama kali yang mengambil alasan diatas untuk tak dapat hadir dalam setiap pertemuan karena kesibukan mereka. Jika alasan karena ada keluarga yang sakit, mungkin kita juga tak pernah melihat Hj. Dasima Mokodongan hadir dalam berbagai pertemuan karena suaminya saat ini terkena stroke di Rumah. Jika kerena alasan keterbatasan ekonomi, maka juga tak masuk akal, karena uang kita yang mengatur dan bukan kita diatur oleh uang.

Oleh karena itu, untuk dapat mengalahkan sikap egoisme/sombong dengan malas bersilaturahim adalah dengan banyak membaca atau memahami makna silaturahim. Selain itu kita harus menanamkan nilai silaturahim kepada putra-putri kita dengan membiasakan mengajak mereka menghadiri berbagai forum seperti majelis taklim, arisan atau forum bersama lainya, sehingga nantinya mereka tumbuh menjadi mujahid yang mencintai silaturahim, yang muaranya untuk perbaikan akhlak umat. (JG)

TONGGINA

Dalam kehidupan sehari – hari kita selalu berusaha mengarah ke hal – hal yang baik sebagai semangat serta gairah hidup. Berikut ini ada beberapa tonggina yang perlu kita camkan :

Pertama :
”Hormatilah dan selalu takzim pada orang tuamu. Hiburlah merekan dengan kemuliaan akhlakmu dan janganlah berkata keras atau ucapan yang menyinggung perasaannya. Sesungguhnya kemuliaan seorang muslim itu terletak pada cara dirinya menghormati orang tuanya, serta pribadi yang membawa keteduhan, rendah hati penampilannya dan lemah lembut tutur katanya.”

Kedua :
”Latihlah dirimu untuk sholat tepat pada waktunya. Biasakan dan berusahalah untuk selalu mengajak teman melakukan sholat berjamaah serta upayakan dengan segala kemauan yang kuat agar dapat bangun di tengah malam untuk shalat tahajud. Pada saat itu, luluhkan dirimu dalam samudera zikir dan perbanyaklah berdoa.”

Ketiga :
”Selalu siap untuk untuk memberi pertolongan atas dasar al birri wat – taqwa, dan jangan menunggu agar orang lain meminta jasamu. Ulurkanlah tanganmu bagi mereka yang sangat membutuhkan pertolongan.”

Keempat :
”Jagalah lidahmu, jangan berdusta. Janganlah terlena karena terlalu banyak canda dan tawa, hadapilah hidup ini dengan penuh keseriusan.”

Kelima :
”Bekerjalah dengan selalu berusaha agar ada hal baik yang selalu engkau kerjakan. Janganlah dibiarkan satu hari berlalu tanpa adanya amalan. Sesungguhnya harga final seseorang itu terletak pada dua hal, yaitu : Iman sebagai asset ilahiyyah, serta amal sebagai realisasi cintamu kepada-Nya. Oleh karena itu bekerjalah ! Bekerja itu adalah ibadah dan berprestasi itu sesungguhnya sangatlah indah.”

Keenam :
”Hiduplah dengan hemat. Jauhilah segala perbuatan mubazir. Biasakanlah dirimu untuk menabung karena sifat yang hemat terhadap harta yang dimiliki menunjukkan seseorang yang waspada untuk senantiasa mempersiapkan diri agar hari esok menjadi lebih baik. Akan tetapi yang perlu diingat adalah hemat bukan berarti kikir melainkan tidak berlebihan atas segala hal.”

Ketujuh :
”Sediakan dan rencanakan selalu untuk menyambung tali silaturrahim dengan teman, kerabat dan saudara seiman. Jadikan dirimu sebagai orang yang senantiasa gelisah apabila lama tak berkunjung kerumah sahabatmu. Janganlah engkau sekali – kali memutuskan tali silaturrahim karena Rasulullah SAW melarang kita untuk saling tidak bertegur sapa lebih dari tiga hari. Sabdanya pula : Siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi oleh Allah. Silaturrahim pada dasarnya merupakan wujud rasa sayang menyayangi antar sesama muslim yang dapat menciptakan kedamaian dengan adanya tali cinta yang kuat dalam kehidupan.”

Kedelapan :
”Janganlah sekali – kali menyebarkan cela dan kelemahan saudaramu sesama muslim. Justru menjadi kewajiban kita untuk menutupi kekurangan / aib yang dimiliki seorang muslim dihadapan orang lain. Ingatkanlah ia apabila melakukan kesalahan sehingga dapat kembali ke jalan yang benar dan maafkanlah ia jika ia berbuat salah padamu. Sesungguhnya setiap muslim adalah bersaudara dan laksana satu badan. Jika ada salah satu anggota badan yang sakit maka seluruh badan akan merasakannya.”

Kesembilan :
”Biasakanlah dirimu untuk senantiasa membaca dan menghayati ayat – ayat Al Qur’an walaupun hanya satu ayat setiap harinya. Sesungguhnya Allah lebih menyukai amalan yang meski hanya sedikit namun dilakukan dengan rutin dan bersungguh – sungguh, ketimbang melakukan amal ibadah yang banyak namun jarang. Bertekadlah untuk selalu dapat mempraktekkan apa yang diperintahkan Allah padamu melalui Al Qur’an, secara konsekuen dan bersungguh - sungguh.”

Kesepuluh :
Berusahalah untuk selalu menjadi juru dakwah, menebarkan benih – benih tauhid dan berusahalah agar dirimu menjadi contoh tauladan orang – orang yang ada disekitarmu. Sampaikanlah walau hanya satu ayat dan katakanlah yang benar meskipun terasa pahit. Selain itu, gemarlah membaca karena setiap sudut kehidupan adalah penuh dengan ilmu dan hikmah yang tak berbilang banyaknya.

Oleh sebab itu, sangatlah bijak kiranya apabila hari ini kita menyimak sebuah peringatan dari kekasih kita, Rasulullah Muhammad SAW agar kita jangan sampai menjadi :
> Orang yang menambah – nambahkan Al Qur’an;
> Orang yang mendustakan takdir;
> Orang yang menghambakan diri kepada yang dzalim;
> Orang yang memuliakan siapa yang dihinakan oleh Allah SWT dan menghinakan siapa yang dimuliakan oleh Allah SWT;
> Orang yang menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT;
> Orang yang meninggalkan sunnah nabi.
Jadi, perbanyaklah taubat sebelum datang wafatmu, sholatlah tepat pada waktunya sebelum engkau disholatkan.

GALERI FOTO

GALERI FOTO
Pemberian bantuan dana pendidikan kepada Ananda Rahmat Yusup di Kel. Mogolaing, untuk meneruskan pendidikan ke Pondok Pesantren Hubulo di Gorontalo